Tak Kenal (Bola) Maka Tak Sayang


Latihan sore hari, Rawa Semut Community (RSC) Football menjalaninya dengan penuh ceria.

“Masing-masing pegang satu bola ya,” ucap Coach Heru Chaerudin di awal sesi.

“15 menit kalian gunakan untuk juggling bola menggunakan seluruh bagian kaki mulai dari punggung kaki, kaki dalam, kaki luar, lutut, dan paha,” lanjutnya.

Latihan hari itu, Senin (23/01/2017), berlangsung penuh semangat dan antusias. Libur latihan selama seminggu dikarenakan kendala cuaca membuat anak-anak RSC sangat menanti tim pelatih untuk datang. Sebanyak 15 anak telah berkumpul bahkan 30 menit sebelum waktu yang sudah diperjanjikan.

Di sepakbola, semakin sering intensitas pemain bersentuhan dengan bola akan berpengaruh dalam kemampuannya menguasai bola, terutama untuk anak-anak usia dini. Proses otomatisasi akan berjalan seiring tubuh sering bersentuhan dengan bola dimana hal ini telah lama diterapkan oleh negara-negara Eropa dan Amerika Latin. Oleh karena itu, Ganesport memberikan porsi latihan lebih mengenai materi penguasaan bola.

Ibarat pepatah, Tak Kenal (Bola) Maka Tak Sayang.

Laws of the Game

Mengenai peraturan dasar sepakbola, atau laws of the game, anak-anak juga harus mengetahuinya sejak dini, guna membentuk karakter yang ideal di atas lapangan.

“Pengetahuan akan laws of the game bisa meminimalisir adanya protes berlebihan dan kita juga bisa menjadi pesepakbola yang lebih bertanggungjawab,” tambah Heru kepada anak-anak disela sesi latihan.

Ganesport berkomitmen untuk menanamkan karakter pesepakbola yang unggul sejak dini, yaitu pemain-pemain yang menghormati lawan, kawan, wasit, pelatih, penonton dan peraturan.

Gaya main sepakbola yang kasar menunjukkan kelas teknik pesepak bola yang inferior, oleh karena itu presisi dan akurasi harus dilatih sejak dini.

Bisa Juara Karena Biasa


Ganesport Foundation memulai sesi latihan di tahun baru 2017 dengan kabar Rawa Semut Community (RSC) Football baru saja memenangi gelar juara.

Pada hari Senin (09/01/2017), tim pelatih Ganesport yaitu Heru Chaerudin dan Yuan Achda Arbinery memberikan sesi latihan sepakbola kepada RSC di Jatiasih, Bekasi, Jawa Barat.

Sejumlah 12 anak mengikuti latihan dengan beberapa situasi menggunakan bola, seperti passing dan control, serta lob passing. Di akhir sesi, pelatih memberikan mini game 6v6 sambil mengaplikasikan menu latihan sebelumnya.

Selain sepakbola, Ganesport juga tak lupa selalu menyelipkan nilai-nilai positif kepada anak-anak. Coach Heru menyampaikan agar mereka tidak melupakan ibadah sebagai kewajiban. “Untuk yang beragama Islam, syarat wajib sebelum boleh ikut latihan kalian harus shalat Ashar terlebih dahulu,” katanya sebelum memulai sesi.

Lapangan sepakbola yang agak becek dan berlumpur tidak mengurangi semangat dan antusiasme mereka. Seperti biasa, pelatih memberi evaluasi terkait latihan pada hari itu, sebelum bubaran. Ikhwan, kapten RSC bercerita bahwa mereka baru saja menjadi juara di turnamen antar Rukun Tetangga pada bulan November lalu.

“Kami ingin latihan lebih sering, Bang. Kemarin saja kita bisa juara padahal baru enam bulan latihan,” ujar Ikhwan.

Bisa juara karena biasa….

Berbagi Bola: Harapan dari Nusa Tenggara


Ganesport membagikan bola secara cuma-cuma kepada masyarakat Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur, melalui Sekolah Dasar Kristen Maubesi.

Pada hari Selasa (06/09/2016), Dhita Larasati dan tim Ganesport berkesempatan mengunjungi NTT dan membagikan 20 pcs bola sepak gratis untuk anak-anak di SD Maubesi, terima kasih kepada Nike dan Kick Andy Foundation.

Ganesport mengidentifikasi masalah yang cukup fundamental bagi anak-anak di kawasan tersebut; mereka kekurangan bola untuk bermain sepak bola. Sebelumnya, mereka hanya memiliki satu buah bola yang kondisinya sudah tidak layak, dan bila yang menyimpan bola tidak hadir, maka mereka gagal untuk bermain bola.

Alhasil, kini mereka bisa bermain bola dengan nyaman tanpa mengkhawatirkan kehadiran bola.

“Saya berterima kasih kepada Ganesport karena sudah membantu kekurangan kami,” ujar Goy Nai, salah satu pembina di kawasan tersebut, dengan mata berkaca-kaca.

“Selain anak-anak, orang-orang dewasa di sini juga gemar berolahraga. Kami termasuk masyarakat yang sangat gemar berolahraga karena tingkat partisipasi di sini sangat tinggi.”

“Dengan adanya bola sebanyak 20 buah ini kami harap akan ada anak-anak dari sini yang kelak bisa wujudkan mimpi Indonesia tampil di Piala Dunia,” lanjutnya.

Semoga bolanya awet tahan lama…

Berbagi bola untuk CSC Indonesia


Kemarin (27/04/2016) Ganesport Foundation menyambangi tempat latihan CSC Indonesia untuk membagikan bola secara cuma-cuma.

CSC Indonesia awalnya didirikan sebagai Sekolah Sepak Bola (SSB) namun mengalami kesulitan keuangan sejak beberapa tahun terakhir, karena ditinggal pergi oleh pendiri sekaligus sponsor utama SSB tersebut yang mengalami kerugian bisnis. Setelah kesulitan dana, banyak pelatih meninggalkan SSB tersebut, dan tinggal menyisakan dua orang pelatih yang sangat berjiwa besar: Heru Chaerudin dan Djoko Hardijanto. Mereka berdua mengaku tidak mendapat bayaran melatih di SSB tersebut, karena semua biaya sudah untuk menutupi harga sewa lapangan dan biaya operasional lain.

Saat ini CSC Indonesia bertransformasi sebagai Community Football karena beberapa anak mengaku membayar seikhlasnya kepada pelatih dan bahkan ada yang tidak bayar! Heru dan Pak Djoko tidak menutup keinginan anak-anak yang ingin berlatih walaupun tidak punya uang yang cukup. Bagi mereka, sepak bola lebih dari sekadar nafsu material.

Ganesport mencium masalah yang merebak di tubuh CSC Indonesia dan berniat membantu mereka. Kami mencoba beri bantuan dari segi armada kepelatihan, peralatan, dan bola secara cuma-cuma.

Menanggapi niat Ganesport, Heru, Pelatih sekaligus Koordinator CSC Indonesia berkata: “Kami sangat berterima kasih atas niat baik dari Yayasan Ganesport dan sumbangan bola hari ini sangat berarti, mengingat banyak bola ukuran lima sudah memprihatinkan kondisinya.”

“Kami sangat terbuka kepada Ganesport karena dari visi dan tujuannya sangat cocok, yaitu sepak bola sebagai pembinaan karakter, bukan hanya tendang-menendang saja,” tukas Heru yang sudah empat tahun mengabdi untuk CSC Indonesia.

Bagi Anda yang penasaran dengan sesi latihan kemarin, silakan Klik Disini.

Satu orang satu bola, kata Suwirwan


Wajah sangat sumringah terpancar dari anak-anak RSC Football dalam sesi latihan Sabtu (23/04/2016). Walaupun kondisi lapangan basah, semangat mereka tidak kalah.

“Sekarang kita bisa latihan dengan bola yang cukup. Tolong dijaga bolanya ya,” ujar Suwirwan, Koordinator peserta RSC Football.

“Rasionya, satu orang latihan dengan satu bola, ini akan baik bagi kalian,” lanjut pria yang bermukim hanya beberapa meter dari lapangan sepak bola.

Terima kasih pada Kick Andy Foundation dan Nike, karena bantuan bola sepak kepada RSC Football. Bolanya empuk dan enak untuk ditendang-tendang.

Digagas sejak awal Januari 2016, RSC Football selama empat bulan terakhir latihan hanya dengan empat buah bola, padahal peserta latihan berkisar 18 s/d 24 orang. Lalu beberapa minggu terakhir, hanya latihan dengan tiga bola karena satu bola bocor. Alhasil bantuan Kick Andy Foundation telah membuat kami sekarang latihan dengan 20 bola.

Wajar anak-anak menjadi sumringah, mengingat selama ini tidak pernah kebagian bola segitu banyak.

Banyaknya bola dalam latihan sepak bola sangat penting, karena anak-anak harus sebanyak mungkin menyentuh bola agar kemampuan mereka meningkat di atas lapangan hijau. Dengan jumlah bola yang ideal, pelatih juga mampu berikan materi yang maksimal.

Semoga bolanya awet tahan lama…

Tanamkan nilai melalui sepak bola


Sepak bola adalah medium perubahan yang sangat bernilai, jika kita tahu cara menggunakannya.

“Abang sarankan pada kalian, kalau bisa jangan merokok,” ujar Yuan Achda Arbinery, yang pada hari Minggu (10/4/2016) kemarin berperan sebagai pelatih dalam sesi latihan reguler RSC Football.

Dalam sesi penutup, Yuan menceritakan pengalamannya tentang bahaya merokok.

“Saya mau berbagi pengalaman, yang semoga bisa kalian pahami,” lanjut Yuan kepada anak-anak.

“Saya dulu merokok, ikut-ikutan teman-teman sekitar, karena kelihatannya keren.”

“Pada saat itu, saya juga lagi senang-senangnya main sepak bola, sampai ikut SSB di Jawa Timur,” kata Yuan yang memang lahir dan besar di Jember.

“Tapi, ternyata merokok itu dampaknya terasa sekali ke badan saya. Ketika mulai merokok, lalu Abang lanjutkan aktivitas latihan sepak bola.”

“Dan ternyata, ketika main bola, dada saya terasa panas sekali. Belum pernah saya rasakan sebelum mulai merokok. Berarti itu adalah efek buruk dari merokok.”

“Lalu pelatih saya ketika itu tahu, karena stamina kita saat bermain ternyata kelihatan. Lalu saya mengaku pada pelatih bahwa saya merokok,” lanjutnya.

“Pelatih pun langsung berkata begini pada Abang: ‘Yuan, kalau kamu masih mau bermain bola, berhenti merokok sekarang juga. Kamu harus memilih mulai detik ini, tetap merokok dan berhenti main bola, atau berhenti merokok dan terus main bola.’”

“Saya pun memilih berhenti merokok karena saya gak mau berhenti main bola. Dan efeknya luar biasa. Tidak sampai sebulan setelah berhenti (merokok), dada tidak terasa panas lagi ketika berlari,” ujar Yuan menutup ceritanya kepada anak-anak yang terlihat begitu fokus dengarkan ceritanya.

Anak-anak binaan Ganesport Foundation dalam proyek RSC Football memiliki rerata umur 11 tahun, dan kisaran umur itu adalah masa-masa krusial pembangunan karakter seseorang.

Kami di Ganesport percaya bahwa sepak bola mampu membawa perubahan yang besar pada sekelompok orang jika kita gunakan sebagai medium untuk menanamkan nilai-nilai positif, terutama pada anak-anak.

Bagi Anda yang penasaran kegiatan latihan kemarin, fotografer kami sudah mengabadikannya melalui: Galeri Foto.

Anna flies to see Ganesport’s activity


We had a guest from Europe last Saturday (02/04/2016) in RSC Football’s regular training session.

Anna De Gaetano, came from Malta to Indonesia and saw energetic kids in Bekasi area, Jawa Barat.

The Polish-born citizen had ever stayed in Indonesia back in 2009. She lives and works in Malta delivering projects related to development in developing countries all across the globe.

Anna was very thrilled to see any activity that is regarding Development issue, as she holds Masters in Development Studies and International Relations both from Poland and UK universities.

“They (kids) are so energetic,” Anna said.

“They might be very happy with things you have done,” Anna told us.

“I have once spotted the social skills of them are incredible. They are still young, but they know how to work together, as seen from a simple thing like moving the woodwork jointly. That was amazing.”

Anna also concerns about physical activities which have become unfavorable in this era of advanced technology, especially for the kids and their mental health.

“When I was a kid, I really like to play outdoor,” Anna continued.

Well, so do we in Indonesia! Indonesian kids before 2000’s used to play Gobak Sodor, Galaksi, Main Karet, Petak Umpet (seek and hide), etc.

“And today, kids are no longer playing outdoor and do physical activities, they are now are engaged more to technology like smartphone, tablet, ipod, etc. It is very dangerous if their parents can’t balance with physical education,” Anna lectured us.

We all in Ganesport agree with Anna, and that’s why we encourage people to be sweating a lot by doing any kind of sport. Grassroot sport is our concern.

Semakin cepat semakin baik


RSC Football kembali menjalani latihan hari Minggu (27/03/2016).

“Semakin cepat semakin baik! Lebih cepat lagi, lebih cepat lagi!,” begitu teriak para pelatih pada sesi latihan kemarin.

Heru Chaeruddin dan Amal Ganesha memimpin sesi latihan kemarin selama dua jam sejak pukul 09.00 WIB.

“Kecepatan salah satu aspek penting dalam sepak bola, bahkan olahraga lain secara umum,” kata Amal saat diwawancara Staf Konten Ganesport.

“Namun bukan tentang cepat berlari, tapi cepat berpikir dan cepat ambil keputusan,” lanjutnya.

“Tidak semua pesepak bola dunia yang beken punya kecepatan motorik, mereka terkadang lebih cepat dalam berpikir dan ambil keputusan. Namun, memang jika dilengkapi kecepatan motorik akan sangat ideal,” ujar Amal yang pernah mencicipi kursus pelatihan sepak bola Level 2 The FA Inggris.

“Kami terus pancing anak-anak untuk jalani latihan dengan kondisi seperti sedang lawan tim yang sangat kuat, sangat cepat, dan sangat hebat. Namun tetap dicampur unsur fun (senang).”

Sementara itu, Coach Heru yang merupakan Sarjana Olahraga dari Universitas Negeri Jakarta menerangkan tentang pentingnya unsur happiness dalam bermain.

“Semua orang di Ganesport punya pandangan sama ketika bicara tentang development.” Ujar Heru.

“Anak-anak harus terus diajak hepi. Parameternya mudah, jika anak-anak terus meminta latihan, berarti mereka merasa senang. Dan jika terus senang bermain bola, maka secara otomatis dan jangka panjang mereka akan sering berlatih dan matang dengan sendirinya.”

“Pembinaan sepak bola bukan tentang menang atau kalah, tapi tentang happy atau tidak,” tukas Heru.

Saya ingin seperti Messi


Muhammad Abdul Aziz (10) bercerita tentang cita-cita dan harapannya di sepak bola.

Di sela-sela latihan bersama RSC Football pada hari Minggu kemarin (13/03/2016), tim konten Ganesport mengajak Aziz melipir sebentar dari teman-temannya.

Pada hari itu, Coach Yuan memimpin sesi latihan pada pukul 08.00 WIB selama dua jam. Aziz yang saat ini duduk di kelas 5 dan bersekolah di SD Negeri 09 Bekasi, bermimpi ingin seperti Lionel Messi.

“Saya ingin seperti Messi,” katanya saat ditanya pemain favorit di sepak bola.

“Messi jago menggocek, saya ingin jadi penyerang juga seperti dia,” lanjut Aziz.

Ternyata, Aziz adalah calon talenta besar di sepak bola karena sejak dini ia sudah bermain bola.

“Sejak kelas 1 SD (6 tahun),” jawab Aziz saat ditanya sejak kapan bermain sepak bola.

Data menunjukkan nama-nama beken seperti Zlatan Ibrahimovic, Cristiano Ronaldo, Lionel Messi, dan Franck Ribery memang sudah mulai bermain bola sejak umur 5-8 tahun. Well, semoga Aziz bisa memperkuat statistik itu dan kelak jadi pesepak bola profesional.

Aziz sudah berkali-kali mengikuti latihan sepak bola bersama Ganesport, walaupun ia juga pernah gabung Sekolah Sepak Bola (SSB) lokal. Sepertinya ia serius menggeluti sepak bola.

“Saya pernah ikut SSB, dan kali ini ikut latihan dengan Ganesport. Dua-duanya sama-sama senang,” ujar Aziz.

Pasti dong Ziz, harus senang latihannya!

Salah satu keinginan Aziz adalah bisa datang ke stadion Gelora Bung Karno (GBK) dan bermain di sana.

Pengen ke stadion GBK, terus main di situ,” kata Aziz ketika ditanya harapan ke depan.

Semoga kita bisa bawa Aziz segera main di GBK, amin.

Di akhir sesi wawancara, kami juga berusaha menanamkan nilai-nilai kepada Aziz, yaitu bahwa pendidikan formal juga penting untuk menjadi seorang seperti Messi.

“Tapi Aziz harus tetap semangat sekolahnya, karena biar apa?” tanya kami padanya.

“Biar pintar,” jawab Aziz.

“Iya, kalau pintar di sekolah nanti kamu juga jadi hebat main bolanya. Karena Messi pun besar di akademi La Masia, dan dapat pendidikan akademik di sana,” ujar salah satu jurnalis Ganesport.

Aziz pun mengangguk-angguk seperti mengafirmasi nasehat kami. Semoga alam bawah sadar Aziz betul-betul menangkap nasehat kami tersebut.

Sepak bola harus dibikin ‘happy’, kata Amal


Filosofi bermain sudah harus ditanamkan sejak usia dini, ujar pelatih yang memimpin sesi latihan RSC Football pada Sabtu (20/2/2016).

Bersama dengan Galih Andhika, Amal Ganesha memimpin sesi latihan tim U15 RSC Football di kawasan Rawa Semut, Bekasi.

“Bermain sepak bola tidak boleh ada beban, tidak boleh ada tekanan, dan jangan terlalu memikirkan menang atau kalah,” kata Amal kepada para pemain muda.

Sebelum memulai sesi, anak-anak diajak untuk mengulas materi dan filosofi yang sudah diberikan sejak awal.

“Jadi, kemarin syarat main bola apa aja?,” tanya Amal kepada anak-anak. Serentak mereka pun menjawab: “Harus senyum, harus happy, terus komunikasi dan kerja sama.”

Pemain U15 RSC Football terlihat sangat semangat dan antusias untuk berlatih di sore hari nan cerah pada saat waktu itu menunjukkan pukul 16.00 WIB.

Sepak bola adalah olahraga kolektif, dimainkan secara bersama-sama, itulah mengapa aspek kerja sama tim harus betul-betul ditanam sejak kecil. Setidaknya itu pendapat para pelatih.

“Sepak bola fondasinya ada di level grass root. Jika sejak kecil pesepak bola kita tidak diajari ‘gaya main yang benar’, maka dampaknya ya Timnas senior kita kalah terus. Ada sains di sepak bola, jadi bukan sekedar tendang-tendangan saja,” jelas Amal dengan mimik serius kepada tim konten Ganesport.

Amal memberikan tiga sesi mengenai taktikal, sedangkan coach Galih membawa dua sesi menarik tentang aspek sosial dan komunikasi pada hari itu.

Disela-sela materi tentang taktik, Galih menambahkan: “Main bola harus banyak hemat energi, itulah mengapa bangsa Eropa unggul dalam olahraga ini. Apa yang mereka lakukan? Mereka paling banyak mengoper bola, bukan membawa bola. Setiap pergerakkan harus memiliki tujuan, jangan sampai asal-asalan dan buang-buang energi. Ini olahraga intensitas tinggi, kalian harus pandai hemat tenaga,” ujar Galih kepada para pemain.

Materi mengenai taktik harus menjadi perhatian sejak dini, walaupun porsinya tidak terlalu banyak.

“Anak-anak harus sering berlatih dibandingkan bertanding,” ujar Amal.

“Kita menanamkan pemahaman taktik dengan cara memancing daya pikir kritis mereka. Kita terus bertanya mengapa sesi ini diberikan, mengapa harus begini, mengapa harus begitu. Sejak kecil pesepak bola harus diasah daya pikir taktikalnya,” pungkasnya lagi.

RSC Football adalah salah satu proyek sosial Ganesport Foundation sebagai aksi kontribusi kepada masyarakat melalui olahraga. Anda bisa melihat hasil jepretan fotografer latihan kali ini via galeri foto.