Ganesport presents overview of Indonesia’s sport governance at Play the Game 2022


Ganesport Institute, Indonesia’s first think-tank in sport policy and management, presented its 3-year studies observing the country’s sport governance at Play the Game 2022.

Play the Game, an international sport conference with interest in sport politics, governance and social issues, celebrated its 25th anniversary gathering top sports stakeholders ranging from journalists, academics, politicians, sport federation officials, athletes, activists, CEOs, public servants to coaches in Odense, Denmark, in June.

Ganesport director Amal Ganesha presented studies, experience and observations about the current state of mind inside Indonesia’s sports stakeholders.

“Symptopms of bad governance in Indonesia’s sport sector have been very obvious with recurring events of violence, corruption and imbalance sport policy objectives,” Amal said during his presentation on Thursday (30/06/2022).

“There’ve been a clear imbalance between elite sport and grassroots sport, in which the latter is significantly neglected, while the elite sport policies have been unsuccessful for years,” he said referring to the institute finding that Indonesia’s cost per medal at the 2016 Rio Olympics reached Rp 1.1 trillion or US$ 84.6 million, far more expensive than that of the UK’s Team GB with around US$ 9.3 million costs per medal after the accumulation of four-year cycle of funding into the elite sports.

One of the reasons why the governance of sports in the country is very weak, Amal explained, is because top sport actors only know about medal achievement, while other important areas such as governance, policy and development are not given significant attention.

This was Ganesport’s second participation at Play the Game as it firstly participated at the conference’s 2019 edition in Colorado Springs. At the 2022 edition, Ganesport delegates comprising Amal himself and sport journalist Dex Glenniza received a substantial grant from Play the Game to be able attending the conference in Odense.

Ganesport also partnered with Play the Game in 2021 to accomplish National Sports Governance Observer 2 studying Indonesia sport governance context. Play the Game was founded in 1997 by Danish journalist Jens Sejer Andersen and it is now part of the Danish Institute for Sports Studies (Idan), an agency under the Danish Ministry of Culture.

Featured image is courtesy of Play the Game/ Thomas Søndergaard

Ganesport Presents Its Study at the Prestigious Play the Game Conference


Ganesport Institute, Indonesia’s first think-tank in sport policy and management, presented its study about leadership of football association at the 2019 Play the Game conference taking place on Oct. 13 to 16 in Colorado Springs, United States.

Play the Game is an international sport conference held regularly by the Danish Institute for Sports Studies (Idan), an agency set up by the Danish Ministry of Culture and often gets backing from the European Commission.

Being the conference’s only speaker invited from Indonesia, Ganesport’s co-founder and director Amal Ganesha presented the findings of the research entitled ‘Do Good Leaders Matter? A Study Assessing Ideal Leaders for Indonesian Football.’

“Our study finds that integrity is the most crucial [quality] and thus should be at the top of the list when looking for an ideal person to lead a football association,” said Amal during his session on Tuesday (15/10/2019).

The study highlighted six additional qualities for ideal supreme leaders of organizations like football association, namely independence, the ability to stay clear of politics, a successful career history, diplomatic intelligence, deep knowledge of the sport and a senior-level position in their chosen career.

Marking its 11th presence, Play the Game this year invited other top speakers coming from top sport organizations across the globe such as the world’s football governing body FIFA, the Europeans’ football authority UEFA, the World Anti-Doping Agency (WADA), the world’s athletics federation IAAF, Sport Ireland, Danish football association DBU, the US Olympics and Paralympics Committee (USOPC) and many others.

Originally released in July in Jakarta, the Ganesport’s study involved assessments from 23 sport management and governance experts from around the world, including Indonesia. The results of the study are intended as insight for Indonesian football as it’s currently in the middle of a search for a new chairman and board members for the Indonesian Football Association (PSSI).

To understand better about the study, you can follow this link.

Seperti Apa Pemimpin Sepakbola yang Ideal?


Ganesport Institute, wadah pemikir manajemen dan kebijakan olahraga pertama di Indonesia, merilis hasil studi tentang pemimpin yang ideal untuk induk sepakbola nasional PSSI, di Jakarta, Rabu (17/07/2019).

Dalam sebuah konferensi pers di depan lebih dari 20 jurnalis, Ganesport menjelaskan kriteria yang ideal untuk seorang ketua PSSI, di tengah situasi dimana otoritas tertinggi sepakbola nasional itu sedang mencari sosok kepemimpinan yang baru.

Hasil studi menunjukkan bahwa seorang ketua umum federasi sepakbola harus memiliki atribut tertentu yang dianggap efektif mengakomodir berbagai pemangku kepentingan (stakeholders).

“Studi terbaru kami menunjukkan bahwa ketua umum induk sepakbola nasional PSSI yang ideal sebaiknya independen, sangat senior, sukses, berintegritas dan jauh dari kepentingan politik,” ujar pendiri sekaligus direktur Ganesport Institute, Amal Ganesha.

Studi tersebut melibatkan 23 pakar tata kelola dan manajemen olahraga di seluruh dunia, dimana mayoritas tersebar di Eropa.

Dengan menggunakan teknik pengumpulan data survei kualitatif, setiap responden menanggapi tujuh atribut kepemimpinan yang dikembangkan oleh tim Ganesport, untuk menilai sosok ketua umum yang ideal dalam organisasi seperti federasi sepakbola.

“Studi ini merupakan yang pertama di Indonesia dan diharapkan mampu menjadi pendorong bagi pengambil kebijakan dan keputusan sepakbola untuk lebih mengacu kepada ilmu pengetahuan,” ujar Arizka Warganegara, penasehat riset senior Ganesport Institute, dalam siaran pers Ganesport.

Amal menjelaskan bahwa hasil studi juga sangat relevan untuk diaplikasikan ke organisasi olahraga yang serupa dengan PSSI.

“Hasil studi ini juga bahkan applicable untuk memilih anggota Komite Eksekutif PSSI yang tepat, hanya saja dikurangi atribut ‘independen’ yang tidak sepenuhnya relevan untuk Komite Eksekutif,” katanya. “Jadi perlu ada sedikit modifikasi untuk memilih Exco, namun saya menjamin substansi hasil studinya tetap kuat dan reliable,” lanjut Amal.

Dalam konferensi pers turut hadir peneliti Ganesport Institute yang ikut membantu menyelesaikan riset, seperti Renata Putri dan Irman Jayawardhana. Hadir pula Ponaryo Astaman dan Mahardika Aji, masing-masing adalah general manager dan sekretaris Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI).

Untuk mengetahui hasil studi sepenuhnya dapat ditelusuri melalui link berikut.

Dukung Ganesport di Kitabisa


Ganesport Foundation sudah menjalankan proyek SSB Gratis sejak 2016 dengan uang patungan pribadi. Bantu kami menambah jumlah SSB Gratis di pelosok Indonesia.

Assalamualaikum Wr. Wb. Selamat siang, sore, malam.

Saya Amal Ganesha Warganegara, pendiri Yayasan Ganesport (Ganesport Foundation), sebuah yayasan yang memiliki visi menciptakan pemberdayaan sosial (social developement) yang berkelanjutan melalui olahraga.

Ide mendirikan sebuah yayasan berawal dari perjalanan saya ke Inggris ketika menempuh S2 Master Manajemen Olahraga di Coventry University. Di sana, saya melihat banyak yayasan yang dikelola secara profesional dan berniat tulus memberdayakan orang banyak. Beberapa kali saya coba berdonasi ke yayasan-yayasan tersebut dan saya takjub dengan akuntabilitas mereka kepada donatur.

Sejak itu, saya bercita-cita mendirikan yayasan di Indonesia, dan berdirilah Yayasan Ganesport di bulan Desember 2015, dengan bantuan dari beberapa teman lulusan Sport Management –baik dari dalam maupun luar negeri– untuk menjadi pengurus. Kami fokus ke olahraga, sesuai kompetensi kami.

Pembangunan Karakter

Yayasan kami memiliki banyak program unggulan, tapi terkendala urusan dana. Sejak berdiri, kami hanya mengandalkan patungan pribadi dari para pengurus.

Untuk saat ini, proyek sosial yang masih berjalan (berkat patungan pribadi tsb.) adalah Sekolah Sepak Bola (SSB) Gratis di kawasan marjinal Rawa Semut, Bekasi, Jawa Barat. Kami menamainya Rawa Semut Community Football.

SSB Gratis ini ditujukan lebih untuk membangun karakter personal seperti kejujuran, kesalihan serta pendidikan akademik. Bagaimana caranya? Kami memberikan sesi latihan sepakbola sebagai “alat” untuk menyelipkan nilai-nilai positif kepada anak-anak usia 6 – 15 tahun. Bagi kami, pembangunan karakter lebih utama dibanding sepakbola itu sendiri.

Kami menerapkan pull and push strategy terkait tujuan pembangunan karakter ini, sebagian hal yang telah kami lakukan untuk mencapainya antara lain:

  • Peserta didik tidak boleh berkata kotor.
  • Bagi yang muslim, tidak diperbolehkan mengikuti latihan sebelum melaksanakan solat fardhu.
  • Kampanye anti-merokok.
  • Mengedukasi pentingnya untuk tidak main kasar di sepakbola.
  • Edukasi tentang menghormati lawan, wasit, orang tua dan penonton.
  • Anak yang berprestasi di sekolah sering diberi hadiah oleh tim pelatih. Si anak membuktikan dengan cara memperlihatkan rapor.

Kami percaya sepakbola bisa membawa dampak lebih positif bagi karakter anak-anak, bukan seperti yang terjadi di Indonesia selama ini, ketika sepakbola dijadikan alat mendulang popularitas politik, alat untuk gagah-gagahan yang dapat menimbulkan disintegrasi bangsa atau lahan bisnis perjudian melalui mekanisme match fixing dan sebagainya.

Kerusakan itu kami nilai karena ada yang salah dalam membangun persepi mengenai olahraga yang membuat pelaku sepakbola di Indonesia cenderung mencari proses yang instan. Kami percaya, ini harus dibenahi dari bawah, dari akar rumput, bukan dari atas atau level elite.

Oleh karena itu kami hadir dan berusaha menggunakan sepakbola sebagai alat untuk membangun karakter positif anak muda, menjauhkan mereka dari kenakalan remaja (tawuran, narkoba, dll) dan meningkatkan persatuan secara sosial.

Dari Bekasi ke Nusa Tenggara

Kami sudah menyumbang bola sebanyak 20 pcs ke SD negeri Maubesi, Nusa Tenggara Timur, dimana di sekolah itu anak-anak bermain bola tanpa sepatu dan tanpa fasilitas yang memadai.

Kami ingin membuat SSB Gratis di kawasan tersebut karena mereka sudah meminta bantuan. Mimpi kami, anak-anak di kawasan marjinal bisa ikut latihan bola oleh pelatih yang berkualifikasi, tanpa perlu bayar sepeser pun.

Namun, kami butuh dana dari para donatur.

Rincian biaya SSB Gratis ini adalah Rp 60 juta per satu titik, dengan pola latihan seminggu sekali oleh dua pelatih, alat-alat dan konsumsi, selama satu tahun.

Setelah mensurvei dan menerima rikues dari masyarakat, kami berniat menjalankan SSB Gratis di 5 titik; Rawa Semut (Bekasi), SD Maubesi (NTT), Cileungsi Gn Putri (Bogor), Desa Kirig (Kudus) dan Sleman (Yogyakarta).

Bentuk pertanggungjawaban kepada donatur, akan kami update melalui website dan sosial media (Twitter @ganesport, Instagram @ganesport dan Facebook/ganesport) serta Kitabisa.com.

Kami sangat butuh bantuan Anda, salam hormat dan terima kasih.

Silakan KLIK DISINI untuk informasi lebih lanjut.

Kajian Ganesport: Rekomendasi Tim Transisi


Sebagai Anak Bangsa yang peduli terhadap kondisi persepakbolaan Tanah Air, ketika diminta Tim Transisi bikinan Kemenpora untuk bertemu, kami pun menyanggupi.

Siang itu, hari Rabu (10/02/2016) kami mengadakan pertemuan dengan dua anggota Tim Transisi PSSI, yaitu mantan anggota DPR Cheppy Wartono dan aktor Tommy Kurniawan. Hasil pembicaraan yang berlangsung seru tersebut menghasilkan dua poin: 1. Kami sejalan dengan rencana reformasi total sepak bola Indonesia; 2. Kajian singkat mengenai arah Federasi Sepak Bola Indonesia.

Mengingat Ganesport Foundation adalah wadah para Sport Scholars Indonesia untuk mengabdi kepada masyarakat, maka kami memutuskan untuk memberi sebuah kajian singkat secara komprehensif demi kepentingan yang lebih besar; Sepak bola Indonesia menjadi hebat di Asia Tenggara.

Pada pertemuan pertama, empat anggota BOD Ganesport hadir memberikan banyak insight mengenai tata kelola sepak bola yang ideal, sedangkan pada pertemuan kedua dihadiri dua anggota BOD Ganesport dimana salah satunya baru saja melipir sebentar ke Indonesia untuk kemudian kembali mengabdi di Liverpool FC, klubnya James Milner sekarang.

Berikut ini adalah rangkuman kajian dan rekomendasi yang kami berikan pada Tim Transisi untuk kemajuan sepak bola Indonesia:

1. Latar Belakang

Sepak bola merupakan olahraga paling populer di dunia dan di Indonesia. Secara umum, sebanyak 40% dari total populasi seluruh dunia merupakan penggemar sepak bola (Octagon). Dan sebanyak 60% total populasi Indonesia (144 juta orang) menonton Piala Dunia 2010 via layar televisi selama minimal 20 menit (The Economist).

Indonesia merupakan negara dengan tingkat fanatisme sepak bola tertinggi di Asia Tenggara, baik secara jumlah massa maupun emotional attachment. Ini dibuktikan dengan beberapa jurnal, penelitian, dan pembicaraan dari para akademisi di Inggris yang menunjukkan bahwa pasar sepak bola di Indonesia sangat besar dan potensial.

Federasi sepak bola Indonesia selalu mengalami konflik dari tahun ke tahun dari para pemangku kepentingan, dengan dalih dan alasan terkait profesionalisme, akuntabilitas, kinerja, keterbukaan, dan nilai integritas.

Menjadi wajar, karena sepak bola adalah komoditas rakyat Indonesia, sudah sepatutnya kinerja federasi yang maksimal akan menghasilkan pesepak bola elite yang membanggakan negara di level internasional.

Hasil temuan kami secara umum langsung merujuk kepada adanya ketidakseimbangan komposisi pemilik (hak suara) Federasi Sepak Bola di level Kongres yang tidak mewakili seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) sepak bola nasional.

Kami melakukan kajian dan studi merujuk kepada bagaimana tata kelola federasi sepak bola dijalankan di berbagai negara di dunia, terutama negara-negara dengan tradisi kuat sepak bola di Eropa.

Kami merasa terpanggil memberi masukan terkait kondisi persepakbolaan Tanah Air untuk melihat sepak bola Indonesia dikelola dengan dan oleh orang-orang yang profesional dan kompeten.

Atas landasan tersebut di atas, kami, sekelompok pelajar, lulusan, dan akademisi sport management, development, and governance baik dari dalam maupun luar negeri, yang tergabung dalam wadah Ganesport Foundation, berniat memberi kajian dan rekomendasi singkat kepada Tim Transisi.

2. Kajian
2.1. Aspek Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah instrumen tata kelola paling efektif untuk mempertanggungjawabkan kinerja sebuah organisasi atau per orangan.

Sepak bola secara de facto adalah komoditas masyarakat, dimana semua orang bebas memainkan olahraga yang secara de jure itu adalah bikinan FIFA. Federasi harus akuntabel terhadap seluruh stakeholders-nya terutama masyarakat banyak, dan oleh karena itu kami merekomendasikan beberapa poin dalam sub-bab rekomendasi di bawah nanti.

Salah satu bentuk akuntabilitas Federasi dan (terutama) klub-klub profesional adalah menerbitkan laporan keuangan setiap tahun yang diaudit oleh lembaga yang reliable.

2.2. Aspek Tata Kelola (Good Governance)

Komposisi hak suara (voter) di kongres PSSI pada tahun 2014 adalah sebagai berikut: Jumlah total 102 suara; 32 Asosiasi provinsi, 16 klub ISL, 16 klub Divisi Utama, 14 klub Divisi I, 12 klub Divisi II, 10 klub Divisi III, asosiasi pelatih (1 suara), dan asosiasi pemain (1 suara).

Dalam komposisi tersebut, ada ketidakseimbangan dan tidak semua stakeholders terlibat dalam penentuan, kepemilikan, dan arah kebijakan PSSI. Asosiasi pelatih dan asosiasi pemain hanya diberi masing-masing hak satu (1) suara, dimana sangat tidak berimbang dengan kekuatan 32 suara yang dimiliki Asosiasi Provinsi.

Selain itu, banyak stakeholders lain dalam sepak bola nasional yang tidak ‘memiliki’ hak menentukan arah Federasi, yaitu diantaranya:

– Wasit
– Suporter
– Futsal
– Sekolah Sepak Bola (SSB)
Women’s Football
– Universitas (Liga Mahasiswa)

Sebagai studi kasus, di FA Inggris, dalam FA Council (kongres), suporter dan universitas dilibatkan dengan diberikan hak suara (voter). Selain itu di Australia, standing committee (wasit, futsal, pelatih, dan women’s) diberikan hak suara di level kongres.

3. Nilai Potensi Industri Sepak Bola Nasional

Tim Ganesport memprediksi jumlah penggemar sepak bola nasional mencapai 30% dari total populasi Indonesia, yaitu sekitar 75 juta jiwa, dan nilai estimasi minimum industri sepak bola nasional mencapai 15 triliun rupiah per tahun.

Sedangkan prediksi nilai potensi hak siar Liga Profesional Indonesia adalah minimum 1 triliun rupiah per tahun (berdasar koefisien perbandingan dengan Jerman, Indonesia seharusnya raih 4,6 triliun rupiah per tahun dari hak siar*); dengan catatan tata kelola federasi dan liga profesional dijalankan oleh dan dengan SDM unggulan serta menerapkan prinsip-prinsip good governance.

Dengan nilai-nilai prediksi tersebut, dipastikan federasi sepak bola Indonesia tidak akan kekurangan dana untuk menopang jalannya pertumbuhan sepak bola secara nasional, mengingat federasi merupakan otoritas tertinggi olahraga di suatu negara dan sangat strategis. Selain itu, Indonesia juga memiliki pasar sepak bola yang sangat besar (hasil studi para peneliti olahraga di Inggris dan Eropa) yang berimplikasi besarnya nilai potensi ekonomis industri sepak bola tanah air.

* Nilai hak siar domestik Liga Profesional Jerman adalah 6 triliun rupiah per tahun; dengan perhitungan koefisien disparitas ekonomi dan perbandingan populasi Jerman dan Indonesia, maka diperoleh rumus: 6 triliun / 4 = 1.5 triliun (koefisien disparitas ekonomi), lalu 250 juta jiwa/ 80 juta jiwa populasi x 1.5 triliun = 4,6 triliun rupiah adalah nilai maksimum Hak Siar Liga Profesional sepak bola Indonesia per tahun.

4. Studi Kasus Negara/ Hukum Sipil versus Federasi

Melalui berbagai contoh kasus di bawah, kami ingin meyakinkan Tim Transisi sebagai perwakilan Pemerintah untuk terus berupaya mereformasi tata kelola sepak bola Indonesia, mengingat Pemerintah sejatinya memiliki posisi yang sangat kuat terhadap federasi.

Kasus Bosman Ruling: European Commission (melalui CJEU) memenangkan kasus Jean-Marc Bosman atas Federasi sepak bola Belgia dan UEFA.

FC Sion v UEFA: Civil Court of Vaux Swiss (pengadilan negeri Vaux) memenangkan FC Sion atas hukuman UEFA, dan menuntut UEFA untuk mengganti segala biaya hukum yang sudah dikeluarkan FC Sion serta membebaskan hukuman FC Sion.

Pemerintah Spanyol v RFEF: PSSI Spanyol (RFEF) berada di bawah kendali otoritas olahraga Spanyol, yaitu High Council for Sport (CSD). Segala bentuk konstitusi baru induk cabang olahraga harus disahkan oleh lembaga tersebut, termasuk RFEF.

Pemerintah Spanyol di tahun 1990 pernah mengintervensi sepak bola Spanyol, melalui Sport Law 10/1990, yaitu seluruh klub profesional harus mengubah badan hukum menjadi SAD (semacam PT untuk klub olahraga), dimana empat klub diberi pengecualian, salah satunya FC Barcelona.

Pemerintah Australia v Soccer Australia:
Federasi sepak bola Australia di masa lalu bernama Soccer Australia, dan telah berubah nama dan direformasi menjadi Football Federation Australia setelah melalui proses intervensi dari pemerintah.

Melalui Australian Sport Commission (ASC) dan Crawford Report, pemerintah Australia sukses mereformasi sepak bola Australia pada 2004 dan meraih beberapa hasil dari perubahan tersebut, diantaranya Australia sukses menembus 16 besar babak final Piala Dunia untuk pertama kalinya pada tahun 2006.

5. Rekomendasi

Setelah mengkaji dan mendalami situasi sepak bola Indonesia, berikut ini adalah rekomendasi kami kepada Tim Transisi:

Tim Transisi dianjurkan mendirikan Federasi Sepak Bola baru (studi kasus Australia) dengan perubahan nama menjadi Indonesian Football Federation (IFF).

Perubahan nama tersebut memiliki tiga tujuan, yaitu efektivitas dan efisiensi, aspek komunikasi internasional (berbahasa Inggris), dan perbaikan nilai merek (secara marketing persepsi merek Federasi Sepak Bola Indonesia harus diperbaiki).

Komposisi pemegang suara di kongres IFF harus seimbang, dengan proporsi sebagai berikut: Asprov + Klub Profesional + Klub Liga Amatir (60%), Standing Committee + Suporter + SSB + Universitas (40%).

Menggunakan jasa konsultan audit sebagai bentuk akuntabilitas Tim Transisi. Rekomendasi kami adalah Deloitte, karena pengalaman di sepak bola yang signifikan. Konsultan audit bertugas mengaudit IFF dan anggota-anggotanya, sebagai landasan kuat Tim Transisi mereformasi Federasi Sepak Bola secara menyeluruh.

Membuat tim khusus yang mengkaji Tata Kelola federasi baru (IFF).

Membentuk tim khusus yang bertugas menjalin komunikasi dengan FIFA dan AFC terkait keanggotaan IFF agar berjalan semestinya.

Membuat skema partisipasi publik untuk arah penentuan tata kelola sepak bola sebagai landasan kuat Tim Transisi, termasuk di dalamnya adalah submission report dari publik mengenai pendapat dan saran tentang PSSI (studi kasus: Australia).

Mengajak figur-figur berpengaruh untuk ikut serta mereformasi sepak bola nasional, seperti Indra Sjafri, Timo Schneumann, Ridwan Kamil, dan Joko Widodo.

Tim Transisi membentuk, merekrut, dan menentukan Sumber Daya Manusia Indonesia yang unggul untuk mengelola IFF. Perekrutan para profesional yang bereputasi untuk masuk ke sendi-sendi persepakbolaan Indonesia sangat dianjurkan.

Klub profesional diregulasikan untuk 30% sahamnya dimiliki oleh suporter melalui Supporter Trust (studi kasus: Jerman dan Inggris).

IFF dan anggota-anggotanya di masa depan wajib menerbitkan laporan keuangan teraudit oleh konsultan (Deloitte) setiap tahunnya.

Memasukkan unsur pendidikan ke dalam regulasi, sebagai bentuk peningkatan SDM di industri sepak bola nasional.

Penguatan unsur sepak bola di akar rumput sebagai pilar strategis pendukung sepak bola nasional (studi kasus Jepang).

Pemberlakuan kepatuhan yang utuh terhadap standar liga profesional (studi kasus: Jepang dan Jerman), yaitu dengan menata ulang Club Licensing IFF yang diadopsi dari standar Club Licensing FIFA, AFC, dan UEFA.

Merumuskan dan membentuk pengadilan hukum sepak bola dan olahraga di Indonesia, yaitu: Komisi Anti-Korupsi Olahraga (studi kasus UK), Pengadilan Tinggi Sepak Bola (studi kasus Italia, FIGC Federal Court of Justice), dan Pengadilan Tinggi Olahraga Indonesia (studi kasus: Italian High Court of Sport Justice atau National Court of Arbitration for Sport).

Tata kelola IFF harus dikaji dan didesain sedemikian rupa untuk menjadikan sepak bola Indonesia kembali berjaya di level Asia Tenggara dalam jangka panjang.

———————————————————————————————————
Kami berterima kasih kepada Tim Transisi karena rekomendasi yang kami buat sepertinya sudah sampai ke meja Menteri Pemuda dan Olahraga.

Semoga Bapak Jokowi akhirnya juga membaca rekomendasi dari kami.

Kepada Pak Jokowi, permintaan kami hanya satu; Kami ingin bertemu Bapak di Istana dan berfoto-foto..

Kembalikan Sepak Bola ke Akarnya


Pada hari Sabtu kemarin (05/03/2016), bertempat di kota Yogyakarta, Ganesport Foundation dan komunitas Supergard menyelenggarakan seminar yang juga dihadiri oleh Indra Sjafri sebagai nara sumber.

Sebagai seorang Pelatih Kepala, Indra Sjafri menjelaskan bahwa pos tersebut harus dilakoni dengan kemampuan manajerial yang baik.

Indra menjelaskan dengan bercerita dari pengalaman-pengalamannya membesut Tim Nasional U-19 dan Bali United FC.

“Jika ingin maju, kita harus libatkan banyak orang yang ahli di bidangnya,” jelas pria yang lebih sering disapa Coach Indra.

“Seorang pelatih kepala adalah manajer. Dan manajer yang baik adalah manajer yang mau melibatkan banyak orang-orang hebat untuk capai beberapa tujuan,” lanjut pria asal Minang tersebut kepada para peserta.

Ia juga membahas tentang betapa seringnya manajemen klub profesional di Indonesia lebih banyak belanja daripada raih pendapatan.

“Lebih besar pasak daripada tiang, itulah letak kesalahannya.”

“Ibu saya selalu bilang, jika kita punya uang sebesar 11, maka kita belanjakan 10, sisa satu untuk jaga-jaga.

“Yang sering terjadi di sini [industri sepak bola Indonesia] adalah kebalikannya.”

“Karena kita sering menonton liga sepak bola Eropa yang gemerlap, sehingga kita ingin buru-buru meniru mereka padahal kita hanya mengetahui ‘kulit-kulit’-nya saja,” tegas Manager Coach Bali United itu.

Mengenai sepak bola di level akar rumput, Coach Indra juga memaparkan pendapatnya.

“Sepak bola di level usia dini seharusnya jangan terlalu diarahkan pada prestasi atau ajang-ajang seperti cup-cup yang sering ada itu. Anak-anak harus bahagia dulu dengan bola, setelah itu baru nanti ada proses otomatisasi seiring mereka dewasa,” terang Indra Sjafri.

Tema seminar pada hari itu memang beragam, dimulai dari aspek komunikasi dan tata kelola klub profesional, manajemen keuangan dan merek, nutrisi atlet, serta tata kelola sepak bola di akar rumput (grassroots).

Beberapa peserta mengaku dapat banyak ilmu baru, terutama tentang bagaimana tata kelola sepak bola di akar rumput yang ternyata sering salah kaprah di Indonesia.

“Saya baru tahu ternyata anak-anak itu tidak boleh diperlakukan seperti atlet profesional. Seminar ini sangat berguna bagi SSB kami,” kata Wahyu Widodo, salah satu peserta yang merupakan pengurus SSB Perwira Timur Purbalingga.

Sesi mengenai perkembangan sepak bola grassroots memang dilakoni oleh Irman Jayawardhana, seorang akademisi manajemen olahraga yang pernah bekerja di Coundon Court FC, sebuah klub grassroots di kota Coventry, Inggris.

Irman menerangkan bahwa jika SSB terus menekan anak-anak untuk menang/ juara, maka akan tercipta proses degradasi mental.

“Di level 13 tahun ke bawah, anak-anak harus diarahkan untuk bersenang-senang dengan bola, bukan berkompetisi layaknya pemain profesional,” kata Irman.

“Imbas dari perilaku tersebut [fokus pada prestasi] adalah kemunduran sepak bola kita. Banyak anak-anak yang seharusnya berbakat, tapi redup lebih dulu karena tekanan psikologis dari banyak pihak, terutama pelatih dan orang tua.”

“Kembalikan sepak bola kepada akarnya, yaitu kebahagiaan.”

Irman juga menjelaskan bahwa sepak bola harus dimulai dari sebuah organisasi non-profit atau komunitas, bukan entitas bisnis.

“Tahapnya harus dari komunitas dan non-profit dulu. Kekuatannya berasal dari gerakan bersama di antara para anggota untuk perlahan membangun klubnya.

“Namun jangan terburu-buru untuk jadi klub yang berbasis pada bisnis, karena nanti bisa-bisa terpeleset dan membuat klub jadi bubar,” pungkas Irman.

Setelah sesi mengenai sepak bola grassroots, panitia menghadirkan Abimanyu Bimantoro yang berbicara mengenai manajemen merek di sepak bola.

Mengambil contoh kasus FC Barcelona dan New York City FC, Abimanyu menerangkan betapa pentingnya bagi sebuah klub untuk memiliki nilai-nilai yang menjual.

“Prestasi tim di atas lapangan memang penting, tapi ada yang lebih penting, yaitu menciptakan nilai-nilai (values) dan mengkomunikasikannya kepada para fans,” terang Abimanyu kepada audiens.

“FC Barcelona memiliki banyak nilai-nilai, salah satunya adalah mereka bertahan sangat lama untuk tidak membuka ‘spot’ komersial di kaus dada mereka, sehingga akhirnya ketika sekarang dibuka nilai komersilnya begitu tinggi. Itu adalah bentuk strategi pemasaran,” lanjut Abi.

Kegiatan seminar berlangsung dengan menarik dimana para peserta begitu kritis bertanya kepada para nara sumber, dimana hal tersebut diakui sebagai hal yang positif.

“Saya melihat masih ada semangat dari para pelaku sepak bola di Indonesia, meskipun situasinya saat ini carut marut,” ujar Amal Ganesha, Ketua Umum Ganesport Foundation.

“Seringnya peserta bertanya dan berbagi pengalaman adalah hal yang sehat dan saya melihat itu sebagai sinyal positif, bahwa mereka masih semangat dengan sepak bola.”

“Kita mendapat beberapa pertanyaan yang sangat challenging, terutama dari teman-teman SSB, karena sejujurnya perkembangan sepak bola level akar rumput di Indonesia belum banyak datanya. Kami antusias sekali untuk bisa kontribusi pada kemajuan mereka [SSB],” pungkas Amal.

Yayasan Ganesport adalah organisasi nirlaba yang didirikan sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat melalui olahraga. Acara seminar kemarin diakui sebagai bagian dari tujuan yayasan, yaitu semua pemasukkan dari peserta dialokasikan untuk misi-misi sosial.

Alumni SMAN 14 Jakarta dukung Ganesport


Ganesport Foundation raih kesepakatan dengan tim sepak bola Alumni SMAN 14 Jakarta kelulusan tahun 2006.

Kaus seragam futsal/ sepak bola Alumni SMAN 14 Jakarta menampilkan logo Ganesport Foundation sebagai kontribusi alumni kepada masyarakat melalui Ganesport.

Dalam peluncuran perdana, sekitar 30 orang alumni hadir dan ikut bermain futsal bersama sebagai silaturahmi dan mengenang 10 tahun kelulusan dari SMA yang terletak di daerah Cawang Jakarta Timur itu.

Di masa lalu, mereka aktif dan giat bermain bola ketika bersama-sama menempuh pendidikan di tingkat menengah atas.

“Setiap hari kami bermain sepak bola di pelataran parkir sekolah selama tiga tahun. Kami melakukannya hampir setiap hari dan sekarang adalah saatnya mengenang masa-masa indah itu,” terang Sakti Lazuardi, Ketua Paguyuban Alumni SMAN 14 Jakarta tahun kelulusan 2006.

“Kami melihat visi dan misi Ganesport sangat baik dan menarik, sehingga kami mau mendukung eksistensi yayasan tersebut,” lanjut Sakti.

Ganesport Foundation berterima kasih pada para alumni SMAN 14 Jakarta kelulusan 2006! Semoga kausnya awet tahan lama!

Bersama Indra Sjafri, Ganesport Jadi Pemateri Seminar


Seminar akan dilaksanakan pada bulan Maret 2016 mendatang di kota Yogyakarta.

Bersama dengan kelompok pecinta sepak bola Supergard dan Indra Sjafri, para punggawa Ganesport Foundation akan menjadi pemateri Seminar mengenai tata kelola sepak bola yang benar dan profesional. Kebanyakan dari pemateri merupakan sport scholar dengan keahlian di bidangnya masing-masing.

Menanggapi acara ini, Dibyo Dwiputranto, salah satu BOD Ganesport yang sudah menyelesaikan studinya, MBA Football Industries, mengatakan: “Ini kegiatan (seminar) yang saya tunggu-tunggu. Saya senang dan excited sekali.”

Anda dapat mengikuti seminar tersebut dengan menghubungi pihak-pihak terkait yang tertera di poster.

Ganesport Cari Relawan!


Kami hadir untuk menolong orang banyak, melalui olahraga. Pertolongan Anda bukan untuk menolong Ganesport, tapi menolong banyak orang.

Anda penyuka olahraga? Lalu gemar dan aktif berorganisasi? Juga senang menolong banyak orang?
Mari bergabung bersama kami dengan keahlian-keahlian sebagai berikut:

  • Desain Grafis
  • Sport/ Football Coaching
  • Videographer
  • Journalist

Jika Anda merasa memiliki keahlian dan karakter seperti di atas, silakan mengirimkan minat dan CV Anda melalui kontak: info@ganesport.org atau mobile 0859 5974 2813.

Peminat yang terpilih akan bergabung dengan tim kami yang berjiwa muda dan penuh semangat serta talenta. Kami membutuhkan beberapa desainer grafis dan pelatih olahraga!

Gabung dan jadilah relawan kami!

BOD Ganesport Ikuti WM


Tiga anggota BOD Ganesport mengikuti rangkaian kegiatan seminar Wirausaha Mandiri yang dihelat oleh Bank Mandiri.

Wirausaha Mandiri merupakan sebuah wadah berwirausaha yang diperuntukkan bagi talenta-talenta muda Indonesia yang gemar mendirikan unit usaha mandiri. Ganesport Foundation mewakili sub kategori Wirausaha Sosial Mandiri, sebuah cakupan yang bergerak di bidang sosial, mutual-owned, atau non-profit.

Dalam kegiatan yang berlangsung Sabtu kemarin (16/1/2016), Ibnu Hakim, Ketua Wirausaha Mandiri Jabodetabek berbagi pendapatnya mengenai konsep socio-preuner yang juga sedang dilakoni Ganesport. “Jelas sociopreuner saat ini sedang berkembang dan merupakan ide yang baik, ini didukung oleh kebijakan pemerintah mengenai UU Desa yang sangat mendukung kesejahteraan secara sosial dan pemberlakuan usaha berbasis sosial,” ujar Ibnu.

WM

“Untuk Ganesport yang bergerak di bidang olahraga sendiri sangat unik dan saya sangat mendukung. Apalagi saat ini sedang ramai kegiatan-kegiatan olahraga lari secara massal yang diperuntukkan untuk menggalang dana. Selain itu, olahraga seperti triatlon juga semakin diminati oleh masyarakat,” pungkas pengusaha sukses di bidang konveksi itu.

Kegiatan pada Sabtu lalu tersebut juga mengajak peran serta dari LPDP, sebuah lembaga pemerintah pemberi beasiswa, dimana empat anggota BOD Ganesport merupakan alumni dari LPDP itu sendiri.

Ketua Ganesport Foundation, Amal Ganesha, berkomentar mengenai kegiatan WM: “Ganesport terus berupaya mencari peluang dan memperbaiki kapasitas kami sebagai Yayasan yang baru dibentuk. Keikutsertaan kami dalam WM merupakan salah satu bentuk keseriusan Ganesport untuk terus berkembang,” pungkas Amal. Continue reading “BOD Ganesport Ikuti WM”